Selasa, 25 Juli 2017

Pesan Gus Nabil Pada Latihan Gabungan Pagar Nusa Sukoharjo

Oleh : Gus Nabil Haroen

Terik matahari terasa membakar kulit ketika saya menapakkani kaki di Lapangan Kridaya Wijaya, Pandeyan, Baki, Sukoharjo. Fatamorgana samar-samar meliuk di setiap mata memandang. Namun, di atas rumput hijau yang mulai layu itu, ribuan pendekar masih duduk antusias menyaksikan bermacam atraksi dari pendekar lainnya dalam Harlah NU dan Latihan Gabungan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa.


Sesekali sorak sorai bergemuruh, bersahut-sahutan, tatkala tangan-tangan pendekar berhasil mematahkan besi dan blok bata, juga ketika benda tajam seperti golok dan pedang dengan kuasa Allah tak mampu menggores kulitnya. Diringi musik-musik gamelan, energi positif mereka membaur mengalihkan panas yang kian tak bersahabat.

♢ Baca juga


Pemandangan seperti ini bak minuman segar yang disajikan di tengah gersang padang pasir. Semangat dan soliditas para pendekar ini menjadi pemacu untuk terus berkhidmat kepada kiai bangsa dan negara.

Ada seorang sesepuh dhawuh, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat merasakan apa yang tengah dirasakan oleh anggotanya. Saya mendekat kepada mereka. Berdiri di tengah-tengah ribuan pendekar yang masih dapa t tersenyum tulus dan gembira, meski matahari mulai tegak di atas kepala.

Mereka mendekat. Duduk mengitari saya. Rapat. Tanpa henti, ta8npa letih, saya selalu berpesan kepada generasi penerus ini, agar senantiasa berlatih dan menempa diri dengan tetap mengutamakan akhlakul karimah kepada siapapun dan dimanapun. Para pendekar harus terus sowan para sesepuh, para kiai, setidak-tidaknya sebulan sekali. Karena yang lebih penting dari ilmu apapun adalah berkah para guru dan kiai.

Pendekar Pagar Nusa tidak pernah diajari kekerasan. Pendekar Pagar Nusa harus selalu mempergunakan kekuatannya selaras dengan akal dan hati nuraninya, agar selalu toleran dan ringan tangan dalam membantu serte melindungi tanpa membeda-bedakan. Ia menegaskan agar Pendekar Pagar Nusa tidak ugal-ugalan, anarkis dan tetap sowan kepada para kiai.

NU dan Pagar Nusa besar bukan karena kita. Sebaliknya, kita semua besar dan berkembang karena berada di NU dan Pagar Nusa. Tetap rendah hati, jangan pernah merasa kitalah yang membesarkan NU, tapi merasalah NU yang membesarkan kita.

Kami terus bercengkerama di antara bendera kebesaran yang melambai-lambai ditiup angin. Saya membicarakan banyak hal, dari pengabdian, keyakinan sebagai anggota Pagar Nusa hingga isu-isu kebangsaan, seperti cai-maki Pemilu yang masih hangat dan tanpa henti menghiasi dinding dunia yang lain.



♢ Tujuan gasmi didirikan adalah

  • Menjadikan pesantren sebagi pusat belajar ilmu agama dan pencak silat
  • Bekal santri dalam berdakwah agama
  • Bekal santri dalam membela amar makruf nahi munkar

Pasca Pemilu, kita semua mungkin berpikir, kisruh yang menjemukan di sekitar kita, di lini maya kita, juga akan lekas selesai. Tetapi harapan dan dugaan itu ternyata salah. Kini gelombang pertikaian itu terus bergemuruh seakan tak mau berhenti.

Provokasi dilakukan dengan terbuka dan terkam apik di lensa media. Ketidakpercayaan kepada lembaga penyelenggara Pemilu digaungkan terus menerus, seakan memang mereka yang benar. Deklarasi dan klaim kemenangan di sana-sini tanpa data yang belum dipublikasikan hingga kini seperti sebuah usaha kesengajaan memperlebar jarak, memecahbelah dan membuat bingung publik.

Mereka seakan menutup mata, bahwa dibalik suksesnya Pemilu ada tetesan peluh dan nyawa para pejuang demokrasi. Yang mereka yakini hanya satu, apapun yang tidak sesuai dengan keinginan mereka adalah sebuah kesalahan fatal yang tak dapat ditolelir. Masyarakat yang percaya terhadap keyakinan mereka adalah kawan, sementara yang masih bertanya-tanya adalah musuh yang tak memiliki akal sehat.

Pagar Nusa sebagai pagarnya Bangsa dan Negara harus siap tanggap menghadapi segala dinamika kebangsaan yang ada. Pagar Nusa tidak ingin memusuhi siapapun, kecuali mereka yang mulai bermain-main dengan demokrasi dan mengganggu kedaulatan bangsa ini.ada era Kh.Manaf abdul karim pencak silat gasmi memang tidak setenar pada era cucu beliau Kh.Abdullah maksum jauhari (Gus maksum). jaman boleh berubah dan era boleh berganti , gasmi era Mbah manaf telah sampai pada titik masa jaya-nya akan tetapi semangat yang mengalir pada generasi-generasi selanjutnya akan tetap membara dan tertanam didalam jiwa.