Sejarah silat Silek Minangkabau
Mengungkap misteri perjalanan panjang sejarah silek minangkabau yang rumit, karena diterima dari mulut ke mulut. salah satu dokumentasi yang tertulis dalam bentuk artikel pada laman Wikipedia menjabarkan, pernah mewawancari salah satu guru silek minangkabau yang mana sama sekali dia tidak mengetahui asal muasal silat silek minangkabau yang dipelajari. Fakta ini diperkuat dengan tidak adanya bukTi tertulis yang mencatatkan sejarah tentang silat silek minagkabau.
|
https://www.wikiwand.com/id/Silat_Minangkabau |
Beberapa hasil atas wawancara dari para silek :
Seorang Tuo Silek dari Pauah, Kota Padang, hanya mengatakan, dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan , Sumatera Barat.
Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau.
Angku Budua seorang silek terkenal mengatakan bahwa silat ini dia peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok. Daerah Koto Anau Bayang Banda Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan,Pauah di Kota Padang atau Lintau
Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah yang sangat penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah daerah utama pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan utama musuh dari laut. Higga artikel ini diterbitkan oleh Infopagarnusa tidak banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.
Jika dirujuk dari buku berjudul "Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau" karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah Datuak Suri Dirajo yang diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padang panjang, Sumatera Barat.
-
Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja
-
Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
-
Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand)
-
Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia)
Pada masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang.
Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India) Persia(Iran dan sekitarnya) Hadhramaut (Yaman) Mesir, Campa ( Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar pada masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki.
Sementara itu, dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik.
Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan pada masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.
Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)